Noona (chapter 6)

photogrid_1452884052677

 

 

 

Author: Mincha

Cast: Jeon Jungkook, Lee Hyerim, Kim Seokjin, Min Yoongi, Kim Hana, Jung Heosok, Park Jimin, Kim Taehyung, etc.

Rate: 17, NC in some part.

Length: Chapter

Genre: romance, friendship

 

 

 

Jungkook pov

“Karena aku menyukaimu”

Ia diam dan mengalihkan pandangannya padaku.

“Aku sudah tahu ini akan terjadi”

Aku tidak mengerti apa maksud dari perkataanya tapi yang jelas aku sudah menjelaskan dengan singkat apa yang aku rasakan padanya.

“Aku benar-benar hancur dan kesepian sebelum kau datang. Kehadiranmu dengan segala warna yang kau berikan untukku membuat aku sadar, dunia ini masih berputar. Aku selalu memikirkanmu sepanjang malam, menghabiskan waktuku untuk mengkhawatirkanmu. Apa kau tahu? Saat kejadian kemarin malam kau membuatku hampir mati tidak bernafas. Aku tidak menemukanmu dimanapun dan kau berakhir di kasur seorang namja dalam keadaan tidak sadarkan diri. Aku menyadari satu hal, kau bukan hanya seorang teman, kau lebih dari itu”

Damn it Jungkook! Aku tidak pernah memintamu untuk mengkhawatirkanku!”

“Tapi kita sudah melakukan semuanya!!”

Perkataanku cukup untuk membuat ia terdiam dan menatapku dengan tajam, aku tidak bisa menerjemahkan apa yang ada di sana, ia sangat tidak bisa ditebak.

“Lalu apa? Aku juga berciuman dengan Jimin, Taehung, Yoongi oppa dan Heosok. Aku juga tidur dengan mereka. Aku bahkan melakukan semuanya jauh sebelum kau hadir. Bukankah sudah aku katakan sejak awal? bersamaku adalah sebuah resiko besar dan kau sendiri yang memutuskan untuk tetap disisiku. Lalu sekarang kau berteriak kepadaku seolah kau adalah kekasih yang berhak mengatur hidupku? Cham… kau benar-benar masih bocah! Aku sudah katakan padamu hal itu bahkan dua kali. Bukan salahku jika kau hancur berantakan sekarang. Sadarlah! Aku tidak pernah mencintaimu”

Kata-katanya tepat menusuk ke dalam hatiku, aku tahu ia bukanlah tipikal yeoja yang pandai merangkai kata dengan manis, ataupun membuat sesuatu terdengar lebih halus dan itu membuat aku lebih hancur lagi. Aku hanya terdiam di sana menatapnya yang masih geram dengan diriku. Nafasnya cepat dengan kedua bahunya yang naik turun sesuai irama tarikan nafas itu dan kedua tangannya mengepal.

“Aku benci selalu terjebak dalam situasi seperti ini. Dewasalah! Belajar seperti Taehyung, Jimin, Heosok dan Yoongi oppa. Aku tahu aku sangat tajam dan menyakitkan mengatakan semua hal itu padamu, tapi itu jauh lebih baik daripada kau terjebak dalam fatamorgana yang kau ciptakan sendiri”

“Tapi aku bersungguh-sungguh noona…”

Suaraku hampir tidak terdengar dan ia terdiam di sana.

“Kau semakin membuatku merasa bersalah”

 

Haerim pov

God damn it Jungkook! Kenapa harus sekarang? Aku dalam kondisi yang tidak terlalu baik. Seharusnya aku bica mengucapkan sesuatu yang lebih manis, tapi mulut  pedas ini hanya bisa mengeluarkan api. Aku menatapnya yang hampir menangis membuat punggungku semakin berat, aku menghancurkan satu hati lagi dan kau tahu? Menghancurkan hati orang lain memberikan efek perasaan yang hampir sama dengan patah hati sendiri, merasa menyesal kenapa ia menyukaimu dan mulai menyalahkan dirimu akan banyak hal. Apa aku terlalu baik padanya? Semua namja sama saja, mengartikan kebaikan adalah sebuah perhatian lebih, ya mungkin aku salah sudah membuat ia merasa seperti itu tapi aku juga tidak bisa menerimanya. Aku egois dan aku tidak mau menipu diri sendiri dia dan orang lain. Ia mungkin akan terluka tapi ia akan belajar. Mengingat Jungkook masih sangat muda membuat aku semakin terpuruk.

Aku menarik nafas panjang mencoba menenangkan diriku sendiri agar aku tak datang ke sana dan memeluknya membuat ia berfikir jika ada sebuah kesempatan untuknya bersamaku. Aku keluar dari kamar itu dengan perasaan bersalah, menyesal dan kasihan. Ingin sekali aku teriakan semua isi di dalam otakku ini agar semua orang mengerti, tapi semakin banyak aku berfikir, semakin sulit untuk mengungkapkan segala hal.

Aku menuruni anak tangga dan saat aku mencapai tangga terakhir, seseorang menghalangi langkahku. Aku menatap dua matanya yang dulu terasa begitu teduh tapi saat ini aku bersumpah aku sangat membencinya. Aku tidak bicara, mencoba untuk menghindar tapi ia menahan lenganku.

“Kita perlu bicara”

Ia mengucapkan kalimatnya dengan sangat hati-hati dan aku hanya bisa menatapnya dengan segala kemarahanku.

Shit! Kenapa semua orang sangat berisik?!”

Semua aktifitas berhenti karena teriakanku yang sangat keras, kesabaranku yang sudah habis dan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun membuat aku tidak bisa lagi mengendalikanya. Bahkan Jungkook yang tadinya di kamar sudah di belakangku, tak percaya aku baru saja berteriak. Aku lelah dengan semua ini…

“Haerima…”

“Jangan sebut namaku seolah kau tidak pernah melakukan kesalahan apapun!!”

Matanya meredup dan aku masih dalam keadaan yang tidak stabil.

“Aku bisa menjelaskan semuanya”

“Apa? Apa yang ingin kau jelaskan lagi? kau tiba-tiba menghilang tanpa sepatah katapun. Aku mencarimu kemana-mana bahkan aku sempat melapor pada polisi dan mereka menyebutku gila. Aku berfikir sangat keras mengingat kesalahan apa yang sudah aku lakukan padamu sehingga kau dengan mudahnya meninggalkanku. Aku bahkan sempat berfikir kau sudah mati”

Pegangannya di lenganku melemah dan air mata sudah menggenang di pelupuk mataku.

“Apa kau tahu? Aku menghabiskan seluruh hidupku untuk melupakanmu! Dan sekarang kau datang ingin menjelaskan sesuatu padaku. Kau fikir semudah itu?”

Ia terdiam dan menunduk, merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan padaku.

mianhae…”

Suaranya rendah dan tenggelam di tenggorokannya. Aku merasa telingaku berdengung dan kepalaku sakit, peluh dingin keluar di sekujur tubuhku, tapi aku masih mencoba untuk berdiri, tak siap dipandang lemah.

“Seandainya kata maaf bisa diterima, penjara akan kosong dan tidak akan ada orang baik di dunia ini”

“Tapi noona…. hyung meninggalkanmu bersama kami, dia menitipkanmu pada kami meminta kami menjagamu dengan baik”

Aku menatap Taehyung yang baru saja berbicara di tengah percakapan yang lebih terlihat seperti teriakanku yang menggema di mana-mana.

Mwo? Jadi kalian sudah tahu perihal kepergiannya?”

Kemudian aku  melihat Hana dan Yoongi oppa memukul anak itu.

“Hahahahaahaha…. jadi di sini hanya aku yang tidak tahu?”

Aku tertawa terbahak-bahak semacam emosi yang sudah bercampur sangat banyak dan berubah menjadi hitam.

“Terima kasih sudah membohongiku!”

Aku menghentakkan lenganku sehingga tangannya terlepas dariku dan bergegas menuju kamar penginapan yang aku tempati. Aku menemukan Jungkook di sana saat aku keluar, berdiri dengan wajahnya yang kebingungan, persetan dengan semua ini. Aku mengambil tasku dan bergegas keluar.

“Ini sudah malam noona

“Aku bukan bocah, aku bisa melakukan apapun sendiri. Aku tidak pernah minta untuk dijaga dan diperhatikan. Urus saja urusanmu sendiri!”

Aku mengeluarkan ponsel dari sakuku bergegas keluar dari pintu villa. Kau tahu? Melangkahkan kakiku dari villa itu seolah aku baru saja terangkat dari neraka yang dalam. Aku menelfon sebuah taxi dan terus berjalan sampai kendaraan itu datang menjemputku.

Apa ini? Kenapa semuanya menjadi seperti ini, aku tidak pernah meminta aku dicintai dan disayangi, aku sudah terbiasa seorang diri. Tapi ia datang dengan segalanya yang terlihat begitu indah, ia bahkan memperbaiki status sosialku di depan semua orang. Aku tidak pernah meminta apapun, dia yang memberikannya tapi rasa sakit ini sungguh tidak termaafkan.

 

Flashback

Aku berjalan di salah satu koridor kampus menuju kantin, tak berani mengangkat wajahku karena di mana-mana yang aku lihat semua orang menatapku benci. Aku menyesal dengan keputusanku sendiri, seharusnya aku ikut saja dengan eomma ke Paris dan mengambil jurusan Sastra korea di sana atau tetap dengan Sastra Inggris, tapi keinginan untuk belajar mandiri mendorongku untuk membuat keputusan bodoh ini. Aku melihat beberapa orang dan senior yang dulu juga bersekolah di tempatku dan hal ini tidak akan baik. Aku adalah korban bully di sekolahku, sejak aku menginjak bangku pendidikan aku tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh siapapun. Semua orang membenciku, tidak meyukaiku dan merasa aku tidak pantas berada di sekitar mereka. Aku dilahirkan oleh oemmaku tanpa seorang appa di sisi kami, beliau yang melakukan segalanya hingga aku sebesar ini. Apa ini sebuah kesalahan jika kau tidak memiliki seorang ayah?

Aku tidak pernah memiliki seorang teman sekalipun dan aku memiliki semacam trauma terhadap namja, aku selau merasa tidak aman di sekitar namja dan hal ini membuat orang berfikir jika aku aneh.

Aku masih memakai rok seragam sekolah, anak baru masih harus memakai rok ini sampai memasuki masa sophomore jadi kau bisa membedakan dengan mudah mana yang freshmen dan mana yang senior. Aku mencoba mencari tempat di mana aku bisa duduk untuk memakan makananku, perutku benar-benar lapar, aku tak sempat membuat sarapan pagi ini karena ospek di mulai pagi-pagi sekali. Aku duduk di satu-satunya meja kosong di sana dan merasakan semua orang menatapku membuat nyaliku semakin ciut.

“Ha? Seorang anak baru berani duduk di sini? Kau kira kau siapa?”

Aku tak berani menatap orang yang sedang bicara padaku, dari sudut mataku aku bisa melihat jika ia adalah seorang senior perempuan dengan dua orang temannya.

“Maafkan aku sunbae. Aku tidak tahu”

MWO??? Kau tidak tahu?”

Kemudian ia menarik kuncir rambutku sehingga kepalaku mendongak dan menatap wajah antagonisnya. Aku merasakan sakit di seluruh kepalaku karena cengkramannya yang kuat.

“Ada apa ini?”

Suara itu menarik perhatiannya dan ia melepaskan tangannya dari rambutku.

Anyio oppa. Aku hanya sedang memberikan anak baru pelajaran”

“Apa kau seorang dosen? Panggil aku Sunbae, bukan oppa

Ne sunbae

Ia mengangguk dan berlalu saat namja itu mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuk menyuruh pergi. Aku bangun dari posisi dudukku dan mengikuti instruksi itu.

“Kau mau ke mana?”

Aku berhenti karena ia langsung berdiri di hadapanku berada sangat dekat menatap nama yang tersemat di saku bajuku.

“Lee Haerim… nama yang manis. Duduklah, semua tempat penuh”

Tak lama kemudian dua orang namja datang dan duduk di sana di hadapanku, sementara namja ini duduk di sebelahku, salah satunya adalah freshman sepertiku tapi dari gayanya ia sudah seperti seorang senior seperti dua temannya.

Hyung, bagaimana bisa kita ikut kompetisi jika hanya bertiga? Dalam peraturannya disebutkan bahwa anggota tim minimal berempat”

“Kita bisa merekrut orang baru”

Seorang lainnya yang berada di hadapanku bicara dengan mulut yang penuh makanan. Berbeda dengan dua lainnya ia lebih berantakan, si anak baru yang sama denganku.

“Itu akan memakan waktu”

Namja yang berada di sebelahku bicara, suaranya sangat lembut dan tenang. Kemudian ia menatapku dan aku hanya bisa menunduk.

YA! Apa kau bisa menari?”

Ia bertanya padaku dengan jarak wajahnya yang sangat dekat dan punggungku yang terhenti pada tembok kantin membuat aku membeku di sana.

“Se-sedikit”

“Okey! Besok datang ke ruang latihan seni, aku akan menunggumu”

Aku hanya terdiam, dalam sejarah hidupku yang panjang baru kali ini ada seseorang yang bersedia untuk menungguku, apa ini?

**********

Aku berdiri tegang di depan kaca besar yang mengelilingi ruangan ini dan namja itu berdiri di depanku dengan tersenyum.

“Sebelumnya kau bisa memanggilku Jin”

Ne sunbae

“Ck… Oppa! Oppa! Arrachi?”

Aku hanya mengangguk.

“Sekarang kau hanya perlu menari sebisamu, aku harus mengukur kemampuanmu dulu”

Aku mengangguk dan ia mulai menyalakan musik. Aku tak berani menatap pantulan diriku di cermin, aku hanya menatap ke lantai dan bergerak dengan ragu, aku gugup berada dalam satu ruangan bersama seorang namja. Tiba-tiba musik yang tadi mengalun dengan cepat berhenti dan Jin oppa sudah berada di depanku.

“YA! Apa penontonmu ada di lantai?”

“Maafkan aku sun– maksudku oppa

Ia mendesah frustasi dan melangkah mendekat, aku memilih untuk mundur tapi ia menahanku dengan memegang kedua bahuku, aku benar-benar ingin menangis.

“Hei, tatap mataku”

Dengan penuh rasa takut dan gugup aku mencoba mengangkat kepalaku dan menatap kedua matanya.

“Kau sangat cantik”

Dan ia tersenyum. Kalimatnya cukup membuat detik waktu terhenti dan aku seolah disiram oleh air dingin yang mengejutkan seluruh aspek dalam diriku. Senyumnya sangat hangat dan menenangkan, aku tidak pernah berani menatap namja tapi kali ini hal itu begitu menarik untuk dilakukan.

“Angkat kepalamu dan jadilah percaya diri. Semua orang diciptakan untuk menjadi baik, bukan untuk menjadi sempurna”

*********

Aku keluar dari salah satu shopping mall dengan kedua tanganku yang penuh dengan kantong berisi pakaian dan segala tetek bengeknya. Aku sudah memutuskan, aku tidak akan jadi orang yang di rendahkan lagi, aku akan mengangkat diriku sendiri. Setidaknya aku tidak perlu takut, aku memiliki orang-orang yang membuat posisiku terlindungi.

“Haerima…”

Aku menemukan Heosok berlari ke arahku setelah melambaikan tangannya.

“Apa ini?”

“Aku sedikit berbelanja”

“YA! Ini bukan sedikit”

Aku hanya tersenyum kemudian ia mengambil beberapa kantong dari tanganku dan membawa semua barang-barang ini menuju mobil.

YA! Apa kau akan buka shopping mall sendiri?”

Ia terkejut saat melihat isi semua bagasiku, yah aku menghabiskan semua uangku untuk berbelanja, bagusnya oemma bahkan tidak memarahiku. Jauh sebelum ini ia sangat berharap aku bisa melakukan kegiatan belanja yang menyenangkan seperti yang selalu ia katakan, ia ingin aku menjadi modis seperti dirinya yang bekerja sebagai seorang fashion stylist, ia bahkan memiliki butik dan aku tak menyentuh satu pakaianpun dari semua yang beliau kirimkan untukku.

“Apa kau lapar? aku berencana memesan pizza tapi aku tidak akan mungkin menghabiskannya sendiri”

“Tentu saja”

Heosok bergegas masuk ke dalam mobilku dan duduk di bangku penumpang sebelah kemudi sementara aku mulai menyalakan mobilku.

“Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba menjadi shopaholic seperti ini?”

Aku tersenyum dengan pertanyaannya.

“Aku hanya ingin menjadi perempuan seutuhnya”

Dan dalam sekejap tawanya pecah.

“Lalu selama ini kau apa?”

Aku tak menjawab hanya mengangkat kedua bahuku.

Ia membantuku membawa semua barang-barang itu turun dari mobil. Saat kami menaiki lift orang-orang menatap dengan aneh melihat begitu banyaknya barang yang kami bawa.

Aku meletakkan semua belanjaanku di salah satu sudut ruangan apartemenku di depan sebuah kamar di sebelah kamarku. Kamar ini dulu di tempati oemma, tapi sejak beliau pindah ke Paris kamar ini kosong, aku berniat menjadikan kamar ini tempat aku meletakkan semua pakaian dan dan segala kebutuhan fashionku. Aku juga tidak mengerti kenapa aku jadi seperti ini, aku dulunya tak begitu peduli dengan hal semacan ini, namun sekarang semuanya mulai berubah bertahap. Mungkin karena usiaku yang juga bertambah, ditambah lagi aku merasa sedikit aneh setiap aku berjalan dengan Jin, Suga oppa, dan Heosok aku terlihat seperti babu dengan tiga pangeran yang mengelilingiku dan itu terasa sangat tidak menyenangkan.

Aku dan Heosok duduk dengan perut yang sudah sangat kenyang karena Pizza. Kami menghabiskan satu box pizza berdua dan ini adalah makan terbanyak yang pernah aku lakukan. Sekarang perutku terasa akan meledak dan aku tak sanggup untuk bergerak sedikitpun.

Aku menatap Heosok yang terlihat tak terlalu terbebani dengan makanan yang ia makan, apa ia biasa makan sebanyak itu? yah namja, aku dengar namja makan dalam jumlah yang luar biasa banyak. Ia menatap lurus ke Televisiku yang tidak menyala tak terlihat seperti biasanya, kau tahu? Ia sangat berisik dan saat ia diam seperti ini rasanya sangat aneh.

Wae?”

Ia menatapku sedikit terkejut dengan pertanyaanku.

Anyi

Kemudian ia tersenyum, ah aku sudah paham dengan sikap seperti ini, ingin menutupi sesuatu dengan senyum itu, tapi sayang mata tak pernah bisa berbohong.

“Kau tidak suka bercerita denganku?”

Ia terkekeh pelan kemudian mengacak pelan rambutku.

“Bukan seperti itu”

“Aku tahu mungkin aku tidak banyak membantu, tapi setidaknya kau tidak akan merasa sendiri jika kau berbagi”

Ia tak menjawab, kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Benda itu terlihat seperti CD namun sudah pecah pada bagian kotaknya tapi baiknya piring berkilau itu masih terlihat baik-baik saja.

“Hari ini aku datang ke kantor appaku, aku memperlihatkan mixtap pertamaku padanya, yah setidaknya aku tidak terlalu buruk seperti yang selama ini ia fikirkan. Tapi kau tahu apa yang terjadi? Ia bahkan melemparkan benda ini ke pintu tanpa sedikitpun berniat untuk mendengarkannya. Baginya aku hanyalan anak yang tidak berguna, tidak seperti hyung yang sangat pintar, ia bahkan sudah menjadi dokter yang sangat hebat sedangkan aku hanya membuang-buang waktu”

Wajah berbinarnya meredup dan air mata membasahi pipinya. Baru kali ini aku melihat Heosok menangis dengan wajahnya yang begitu sedih, selama ini ia selalu menutupi semuanya dengan keceriaannya tapi hari ini ia hancur berantakan dihadapanku.

“Apa aku ini sampah?”

Aku menyentuh bahunya, mengusap dengan pelan berusaha menenangkannya.

“Heosokka… mungkin Appamu hanya belum bisa melihat betapa berharganya dirimu. Kau tahu? Mungkin beliau hanya tidak mengerti dunia seperti apa yang kau jalani, ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang penuh dengan keseriusan, baginya mungkin semua ini terlihat main-main. Tapi mungkin bagi orang lain apa yang kau lakukan adalah hal yang luar biasa. Aku tahu tidaklah mudah membuat orang tua terkesan, tapi terkadang orang tua juga terlalu menuntut. Biarkan saja, nanti beliau juga akan luluh. Kau lakukan saja dengan bersungguh-sungguh, aku yakin suatu saat kerja kerasmu akan terbayarkan”

Ia menatapku dalam diam dengan matanya yang masih berair dan merah. Aku menariknya ke dalam pelukanku, mengusap punggungnya menyalurkan rasa tenang.

Gumawo Haerimaa…seandainya saja aku yang menemukanmu duluan, bukan Jin hyung. Aku tidak akan melepaskanmu pada siapapun. Sayang sekali”

Aku melepaskannya dari pelukanku dan menatap wajahnya yang sempurna.

“Apa maksudmu?”

“Kau sangat baik, manis dan memiliki hati yang hangat, berada di sisimu sangat menenangkan dan menyenangkan. Aku rela menghabiskan seluruh waktuku agar bisa selalu bersamamu, tapi aku tidak bisa merusak persahabatanku dengan Jin hyung. Aku belum siap kehilangan kalian berdua”

Yah aku dan Jin oppa resmi menjalin hubungan sejak seminggu yang lalu dan keanehan mulai terjadi karena Heosok tiba-tiba menjauh begitu juga dengan Suga oppa.

“Sudahlah. Begini sudah cukup. Jika nanti kau sudah tidak mencintai Jin hyung lagi, datanglah padaku”

********

 

Belakangan ini hubunganku dengan Hana tak begitu baik, aku juga tidak mengerti apa yang terjadi karena ia tiba-tiba menjauh. Aku sudah bersusah payah mencarinya, bahkan menunggunya keluar dari latihan balet tapi ia tetap menghindar dariku. Aku mencoba menanyakan hal ini pada Yoongi oppa, tapi ia juga terlihat menghindar.

Bagaimana bisa aku melewati semuanya tanpa Hana? Dia teman pertamaku di sini, satu-satunya orang tempat aku berbagi segalanya. Aku masih ingat saat awal kami berteman, ia di bully oleh senior balletnya karena hal yang tidak jelas, tapi aku tahu mereka hanya iri dengannya. Hana, dia sangat sempurna, semua orang menginginkan tubuh seperti miliknya wajar saja mereka merasa tak suka apalagi ia adalah kekasih dari Yoongi oppa. Di saat kau menemukan orang yang memiliki nasib yang sama denganmu, secara tidak langsung ikatan batin yang kuat akan terjalin karena kau tahu apa yang dia rasakan dan begitu juga sebaliknya.

Ia tidak punya teman selain aku, bagaimana bisa ia mengabaikanku begitu saja? apa ada yang salah antara aku dan gadis itu sampai ia menjauh dariku? Sikapnya yang banyak berubah dan segala hal yang tidak masuk akal mulai terjadi. Aku tidak bisa terus seperti ini, aku perlu tahu apa yang sudah terjadi, jika ia punya masalah seharusnya ia memberitahuku.

Aku menatap lapangan basket yang basah karena hujan sore yang turun dengan deras. Aroma tanah setelah hujan menusuk hidungku dan menenangkan batinku. Aku harus bergegas karena Jin oppa pasti sudah menunggu di parkiran sejak tadi. Aku tak percaya dosenku keluar lebih lambat dari biasanya hanya karena ia marah besar perihal tugas beberapa mahasiswa yang tidak lengkap. Aku setengah berlari saat aku menemukan Hana dan Yoongi oppa terlihat berbicara dengan wajah keduanya yang sangat serius. Aku memilih menghentikan langkahku dan mendekati keduanya bermaksud mencari tahu apa yang sedang terjadi.

“Hana?”

Dahinya berkerut dan matanya sudah berair, ia siap menangis dalam waktu sekejap.

YA! Ada apa denganmu?”

Ia tersenyum ketus dan menatapku sinis.

“Kau masih bertanya ada apa denganku? Apa kau tidak sadar dengan apa yang sudah kau lakukan?”

Aku menatapnya heran, mencoba memeras otakku agar ia menemukan memori di mana aku melakukan sebuah kesalahan besar pada yeoja ini, tapi nihil aku tidak menemukan sesuatu yang cukup untuk membuatnya semarah ini.

“Hanaya… ini bukan salahnya”

Yoongi oppa coba membelaku dan aku yakin pertengkaran mereka ada kaitannya denganku.

“Kau bahkan masih membelanya, apa arti semua ini? Apa tidak cukup hanya aku untukmu? Kenapa kau malah tergoyah oleh dia? Bukankah kau tahu dia adalah kekasih hyungmu? Bagaimana bisa?”

Aku mulai menemukan sedikit titik terang dari apa yang sedang terjadi tapi aku bahkan tak berani untuk percaya dengan apa yang aku dapatkan.

Shit! Berhentilah berteriak!!”

Yoongi oppa berbicara dengan nada suaranya yang menakutkan membuat aku bergidik tak percaya.

“Kenapa? Apa kau takut ia mendengarkan semuanya? Dasar pengecut!”

“Takut?”

Yoongi oppa menatapku dengan wajahnya yang serius setelah pertanyaan singkatnya pada Hana.

“Aku tidak pernah takut untuk mengatakan apapun yang benar! Iya aku mencintai Haerim, lebih mencintai dia dari pada dirimu”

“apa maksud dari semua ini?”

Pertanyaanku berhasil membuat keduanya menatapku. Aku masih menunggu jawaban saat secara tiba-tiba Yoongi oppa menarik wajahku dan menempelkan bibirnya di bibirku, menciumku. Aku terkejut setengan mati dan tepat saat ia melepaskanku, ia terlembar ke tanah karena Jin oppa memukul tepat di wajahnya.

Aku masih berusaha mengumpulkan segala kesadaranku saat Hana berlari meninggalkan kami. Aku menarik salah satu lengannya mencoba menahannya.

“Lepaskan Aku!!!”

“Hana!”

“Jangan pernah lagi menyebut namaku! Aku membencimu!”

Ia menghentakkan tanganku dan berlalu dengan cepat meninggalkan aku dalam keterkejutan.

“Kau gila???!!!”

Suara Jin oppa memaksaku kembail pada situasi di mana aku berada. Yoongi oppa bangun dari posisi terjatuhnya dan aku menemukan darah keluar dari salah satu sudut bibirnya, Jin oppa pasti memukulnya sangat keras.

“Iya aku sudah gila hyung! Kenapa? Bukankah sudah kubilang kalau aku menyukainya? Tapi kenapa malah kau yang menjadi kekasihnya?”

“Kau sudah memiliki Hana”

“Tapi aku lebih mencintai Haerim, kau tahu itu”

“Aku juga mencintainya, demi apapun Yoongia… aku tak percaya kau menyakiti Hana demi egomu sendiri”

Yoongi oppa tertawa sinis kemudian berdiri mendekat padaku, tapi sayang Jin oppa sudah lebih dulu menghalanginya.

“Jangan pernah berani menyentuh apa yang sudah menjadi milikku. kau terlambat Min Yoongi, aku sudah lebih dulu menjadi kekasihnya”

“Aku tidak peduli, aku akan tetap berusaha mendapatkannya”

Plaaakkk….

Aku tak percaya saat aku berhasil melayangkan satu tamparanku ke wajah Yoongi oppa, karya tuhan yang begitu tampan itu terlihat memiliki jejak tanganku, kulit putihnya memerah dan matanya membulat terkejut.

Oppa! Ada apa denganmu?”

“Aku sedang berusaha mendapatkanmu Haerim”

“Aku yakin kau sangat paham, meskipun kau berhasil mendapatkanku dengan caramu kau tidak akan pernah bisa membuat aku mencintaimu. Aku tahu aku tak pernah bilang seperti apa perasaanku pada Jin oppa ke siapapun. Tapi kau perlu tahu, aku tidak akan pernah mencintai namja manapun selain dia, meskipun kau membawaku pergi jauh aku akan tetap mencintainya, meskipun aku harus kehilangan apapun, termasuk kau. Aku menyayangimu karena kau temanku, kau sudah seperti oppaku sendiri, dan kau merusak semua itu, dan di atas segalanya kau menghancurkan hati teman baikku dan merusak persahabatanku dan persahabatanmu sendiri”

 

 

 

Leave a comment