Noona’s Boy // 8

 

Sugar Daddy  

 

Noona’s Boy // 7

 

Haerim pov

 

Sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh pipiku memaksa untuk bangun dari tidurku yang benar-benar lelap. Setelah sekian malam hidup dan berteman dengan insomnia akut, akhirnya aku bisa tidur dengan sangat nyenyak.

Noona’s Boy // 6

TOO GOOD TO WASTE

WARNING!!!!!

Consist of smuts, mature content. Beware!!!

 

 

Noona’s Boy // 5

Noona is Hot, so F***ing Hot  

Noona’s Boy // 4

 

 

 

 

Haerim pov

 

 

Aku keluar dari kamar mandi mengenakan kaos longgar sepahaku. Aku menemukan Jungkook berbaring di ranjang dengan tangannya yang sibuk mengutak atik tabletnya. Aku mengambil salah satu bantal dan mendesah berat, menghempaskan tubuhku di sofa yang sebenarnya cukup empuk. Aku tahu aku tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini, selain karena sofa yang cukup sempit tetapi juga karena keberadaan Jungkook. Aku mulai memejamkan mataku, mencoba membawa tubuhku yang lelah ini untuk tertidur, setidaknya aku mencoba.

Noona’s Boy //3

 

 

Haerim pov

 

 

Aku terpaksa membawa Jungkook ke apartemen kecil milikku karena ia bersikeras tak mau pulang. Aku pun juga tidak tega harus memaksanya pulang, ia mungkin akan menemukan suasana yang tidak mengenakkan di rumahnya mengingat orang tuanya yang bertengkar. Kami sempat makan ramen di salah satu kedai langgananku sebelum akhirnya memutuskan ke apartemenku karena cuaca yang semakin dingin.

 

Noona’s Boy //2

 

 

 

 

Noona’s Boy//1

 

 

 

Hi Guys~~~

 

Consist of mature content!!!

 

Efek keisengan author ya berakhirlah dengan terbentuknya FF ini wkwkwkwk. Kebanyakan nonton BTS yang airplane pt 2 jadi gagal fokus terus sama Jungkook. Jeng jeng~~ another story of Jungkook and an older girl. If you are a noona too, then it’s a gift for you.

Noona’s Boy Intro

 

Cast: Jeon Jungkook,  Haerim, Lee Dongwook, etc

Rate : M// 18+ // NC

Genre : Romance

Bangtan’s Pleasure// end [Mom still a Mom]

Editor: pinkukim

Kyunghee pov

Pandanganku mengawang pada sisi jalanan yang dilewati oleh bus yang kini tengah aku tumpangi. Aku seperti baru saja keluar dari sebuah gedung pertunjukkan yang menyita semua fikiran dan imajinasiku dan sekarang aku harus kembali pada kenyataan yang sebenarnya. Segala hal berkecamuk di dalam otakku dan aku menghembuskan nafasku dengan berat lagi. Semuanya masih membuat dadaku sesak meskipun aku mencoba untuk tetap tenang.