Noona’s Boy // 7

 we are lovely

Haerim pov

 

Sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh pipiku memaksa untuk bangun dari tidurku yang benar-benar lelap. Setelah sekian malam hidup dan berteman dengan insomnia akut, akhirnya aku bisa tidur dengan sangat nyenyak.

 

Perlahan aku membuka mataku merasa silau dengan cahaya terang matahari dan menemukan Jungkook masih mengecup pipiku lembut.

 

 

Morning noona…”

 

 

Aku berusaha keras membuka mataku tapi ini benar-benar sulit dilakukan. Aku masih ingin tidur, ranjang ini terlalu nyaman untuk dilewatkan.

 

 

Aku memperbaiki posisiku menjadi menelungkup, mengabaikan rasa perih di area bawah pinggangku. Setidaknya aku masih mengenakan hoodiku semalam meski tanpa dalaman apapun. Aku rasa Jungkook yang memasangkannya di tubuhku, jika tidak, aku pasti sudah bangun lebih awal karena kedinginan. Hah… aku masih sangat mengantuk.

 

 

Aku memiringkan kepalaku ke arah Jungkook, menemukan ia masih belum mengenakan apapun, setidaknya ia menutup bagian tubuhnya yang paling berbahaya dengan selimut. Jungkook duduk bersandar pada dashboard ranjang sibuk dengan ponselnya dan aku memilih kembali tidur karena mataku benar-benar berat.

 

 

Aku hampir kembali ke alam mimpi saat ponselku berdering hebat. Shit! Tidak ada jalan aku bisa kembali tidur.

 

 

Aku meraih ponselku dengan salah satu tanganku, melihat nama yang tertera di sana,

 

 

“My Mom”

 

 

Eomma…”

 

 

Aku bahkan bisa tersenyum hanya dengan menyebut panggilan itu.

 

 

“Kau masih tidur? ini sudah jam 10”

 

 

Aku menatap jam dinding hotel dan mendesah berat, aku tidur terlalu lama.

 

 

“Aku tidak bekerja hari ini, aku masih di Bussan”

 

 

Aku sibuk mengobrol dengan eommaku, menceritakan ini dan itu membicarakan banyak hal hingga tidak menyadari bahwa selimut tidak lagi menutupi bagian bawah tubuhku. Setidaknya aku masih menelungkup dan menyembunyikan bagian paling krusial. Rasanya percuma saja memakai hoodi ini jika pantatku masih kemana-mana dan siapa lagi yang melakukan keusilan menarik selimutku kalau bukan Jungkook.

 

 

Aku terlalu sibuk berbicara dengan eommaku dan tidak tertarik pada Jungkook sama sekali meskipun ia terus memandangku. Aku merasakan tangannya mulai nakal menyentuh pantatku.

 

 

“YA!”

 

 

Aku berbisik padanya menatap dengan tajam, takut eommaku akan mendengar. Bisa mati kalau beliau tahu aku setengah telanjang bersama namja dan masih di ranjang. Ia tertawa mengejek dan aku kembali fokus pada obrolanku dengan eomma.

 

 

Lagi… kali ini ia meremas pantatku dan memijatnya seolah pantatku adalah mainan squishy kesukaannya,

 

 

Aku melotot padanya benar-benar ingin marah.

 

 

It is so hard to resist

 

 

Ia berbisik dan aku memukul tangannya yang di pantatku, memaksanya mengjauhkan tangannya dari sana.

 

 

“Tidak eomma, aku masih betah dengan pekerjaanku, kau tidak usah khawatir”

 

“Apa kau mau eomma mengunjungimu?”

 

“Tidak usah repot eomma, biar aku saja yang pulang. Aku akan pulang jika nanti ada sedikit waktu luang. Belakangan ini aku sangat sibuk”

 

 

Aku masih berbicara dengan eommaku saat salah satu tanganku mencoba mencapai punggungku yang gatal. Ini sangat gatal karena tidur dengan tubuh lengket dan berkeringat. Aku berusaha menggaruk namun sulit sekali meraih punggungmu sendiri apalagi dengan sebelah tangan lainnya sibuk memegang ponsel. Posisiku masih menelungkup dan aku kesusahan mencapai punggungku.

 

 

Aku merasakan tangan Jungkook menyelinap di balik hoodyku dan menggaruk di bagian yang gatal. Setidaknya sekarang tangan nakal itu sedikit membantu. Ia menggaruk dengan baik selagi aku terus berbicara dengan eommaku.

 

 

“Sudah…”

 

 

Aku berbisik padanya menandakan gatalku sudah hilang dan ia bisa berhenti menggaruk punggungku.

 

“Ne eomma…”

 

 

Eomma terus berbicara sehingga aku tak fokos pada Jungkook dan membiarkannya begitu saja. Dan Semuanya berubah saat Negara api menyerang. Tangannya yang masih dibalik hoodiku, menyentuh punggungku dengan sangat perlahan, memberikan efek seperti tegangan listrik dan aku menggeliat di sana.

 

 

“YA!”

 

 

Aku memukul pahanya meminta ia berhenti menggodaku Karena aku perlu berbicara dengan eommaku. Tapi semua usahaku gagal. Tangannya bergerak pelan menuju bagian pinggangku, kembali menyentuh pantatku,

 

 

“Aaa!”

 

 

Aku terkejut bukan main saat ia tiba-tiba menggigitku di sana dan aku panik setengah mati karena pastinya eomma mendengarkanku.

 

 

“Haerim… kau baik-baik saja?”

 

 

“Ne eomma. Ada kecoa nakal yang berusaha menggigitku”

 

Aigoo… sudah cepat usir sana, kau tidak akan bisa fokus jika ada kecoa berkeliaran. Nanti telfon lagi”

 

“Ne eomma

 

 

Aku memutuskan sambungan telfon dan bersiap memarahi Jungkook, mencoba bangun dari posisi menelungkupku. Aku baru saja pada posisi duduk dan bersiap mencaci maki padanya saat ia menarik tubuhku naik ke atas pangkuannya dan mulai menciumku panas. oh gosh! Kenapa ia kuat sekali? Ia begitu mudah memindahkan dan mengangkat tubuhku semaunya.

 

 

“Jungkook… ini masih pagi”

 

 

“Karena ini masih pagi, aku butuh bantuanmu”

 

 

Shit! Morning wood!

 

 

Tangannya masuk ke dalam hoodiku, menyentuh payudaraku yang sebenarnya masih sedikit sakit akibat ulahnya semalam.

 

 

“Jungkook”

 

 

Aku mencoba menghentikannya saat ia sibuk menarik hoodiku ke atas perutku, agar bagian bawah tubuhku terbuka sempurna dan segera membebaskan miliknya yang sedari tadi berada di dalam selimut.

 

 

“Ini tidak akan lama noona…”

 

 

Dan aku berakhir pasrah saat miliknya masuk ke dalam tubuhku secara perlahan. shit… ini perih. Aku rasa milikku masih lecet di bawah sana. Sepertinya JUngkook menangkap reaksiku dengan sangat baik karena ia tidak bergerak brutal seperti semalam.

 

 

Gerakannya sangat pelan dan begitu berhati-hati,

 

 

“Hngg…”

 

 

Ia melenguh di leherku, memeluk tubuhku erat dan tangannya menggerakkan pinggangku pada tubuhnya.

 

“Ahhh…”

 

Lalu secara tiba-tiba Ia mengangkat tubuhku bersamanya,

 

 

“Jungkook what!! Apa yang ka-???!”

 

 

Aku tidak diberi kesempatan untuk protes dan ia membawaku bersamanya. Aku harus melingkarkan kakiku di pingganggnya agar tidak terjatuh dengan konyol.

 

Ia mendorong tubuhku pada dinding tembok yang dingin. Pertemuan antara kulitku dan dinginnya tembok membuatku mendesis, tentu saja hangatnya ranjang dan dinginnya tembok sangat berbeda.

 

Ia menatap wajahku, memposisikan tubuhku menempel di dinding pada tinggi yang ia inginkan dan mulai bergerak menusuk dengan kuat.

 

 

“Aahh…”

 

 

Aku bertiak pada setiap hentakkannya, ia tidak bergerak cepat namun masuk begitu dalam dan aku benar-benar mencakar punggungnya tak sanggup dengan sensasi luar biasa itu.

 

 

“Noonaaahhh…”

 

 

“Aaaahhmmm…”

 

 

Ia membungkam eranganku dengan mulutnya dan aku benar-benar datang begitu keras.

 

 

****

 

 

Aku memasuki kantor seperti biasanya dan kejadian aneh kembali terjadi. Apalagi sekarang?

 

 

Semua orang yang berpapasan denganku terus berbicara dan berbisik seolah sesuatu terlah terjadi. ugh… aku benci gossip.

 

 

“YA!”

 

Sera memukul lenganku saat kami bertemu di lift.

 

 

“Apa kau berkencan dengan Mr.CEO?”

 

 

“Jangan mengada-ada…”

 

 

 

 

Aku menjawab dengan ekspresi kesalku dan mengabaikan ia yang terus bertanya ini dan itu. Aku mendorong Sera keluar dari lift saat sampai di lantai dua karena ia bekerja di sana dan sungguh aku lelah dengan kebaweallnya, kemudian aku melanjutkan perjalananku menuju ruangan tempat aku bekerja dan lagi, semua orang menatapku. Aku rasa para staff yang ikut ke Bussanlah yang menyulut api gossip. Hah… tidak ada yang bisa menahan mulut manusia.

 

 

“Hei mrs. CEO”

 

 

Jimin berbisik menggodaku,

 

 

“Jimin, jangan memanggil yang aneh-aneh”

 

 

“Sekarang namamu bukan babi lagi tapi mrs. CEO. Tidakkan itu manis?”

 

 

“Hei aku punya nama”

 

 

Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan postingan instagram Jungkook dimana ia mengenakan kemeja biru dan jasnya senada dengan aku mengenakan gaun merah. Kapan ia sempat mengambil foto itu? ah shit! Kenapa Jungkook? Is that necessary?

 

 

Aku hanya bisa menghembuskan nafasku berat,

 

Ia bahkan menulis caption,

 

“Aren’t we look good together?”

 

 

Aku bangun dari posisi dudukku dan tanpa basa basi membuka pintu ruangannya menemukan Jungkook tersenyum manis padaku.

 

 

“Hi mrs CEO J…”

 

 

Aku bergumam kesal dan melipat tanganku di dada, gesture yang menandakan aku marah.

 

 

“Jungkook ini tidak lucu”

 

 

“Ini manis dan romantis”

 

 

Ia kemudian memakai jasnya dan membawaku keluar, menarikku dengan tangannya.

 

 

“hei..mau kemana?”

 

 

“Kita ada peresmian gedung di sebelah”

 

 

“Kenapa aku harus ikut? Dan kenapa kau harus memegang tanganku?”

 

 

Ia terdiam, menatap tangannya yang menggenggam tanganku dengan wajahku secara bergantian.

 

 

“Karen kau Mrs. CEO”

 

 

Aku benar-benar kehabisan kata dan saat kami melewati pintu semua orang menatapku dan Jungkook. Habislah sudah kau Haerim.

 

 

Beberapa staff mengikuti dari belakang dan aku hanya bisa membenturkan dahiku pada dinding lift merasa ini sungguh membuatku tidak nyaman. Aku tidak terlalu suka dengan ide mrs. CEO. Aku dan ia tidak melakukan apapun, hmm… yah… sedikit hubungan intim, hmm… sedikit yah sedikit.

 

 

Ia menahan dahiku dari benturan dengan dinding lift dan tersenyum sumringah dengan semua orang di lift yang menggoda kami berdua. Aku tak percaya ia malah menikmati hal itu. dasar bocah labil!

 

 

***

 

 

“Jungkook… kau harus menghapus foto itu”

 

 

Ia tidak menjawab masih sibuk dengan pekerjaannya.

 

 

“Jungkook…”

 

“Beibhh…. Panggil aku Mr.CEO… ini kantor”

 

 

Fuck.. ia mempermainkanku lagi.

 

Aku kesal memilih keluar dari ruangannya dan menghempaskan pintu secara keras. Sudahlah… apalagi yang bisa aku perbuat. Ini juga tidak terlalu buruk. Toh semua orang juga tahu aku dan Jungkook pernah dekat dan aku yakin rumor tentang aku tidur dengannya sudah tersebar kemana-mana. Aku tidak punya pilihan, setidaknya aku tidak terkena penalty karena berkencan dengan CEO perusahaan, bukan seorang staff.

 

 

Jadi sekarang aku dan Jungkook berkencan? Aku tidak yakin ada kalimat yang menunjukkan kami berkencan. Apa aku perlu menanyakan sesuatu? Tapi itu akan terlihat seperti aku terlalu berharap.

 

 

Aaahhh… aku tidak bisa bekerja dengan serius. Di dalam kepalaku hanya ada Jungkook… jungkook dan Jungkook. Dia seperti lagu momoLand boom boom boom yang terus terngiang meski aku sudah bosan mendengarkannya.

 

 

Great!

 

 

Aku benar-benar seperti orang gila.

 

 

“Ayo…”

 

 

Jungkook berdiri di depan mejaku,

 

 

“Kemana?”

 

 

“Ini sudah waktunya pulang”

 

 

Aku melihat jam kantor, oh akhirnya aku pulang dan terbebas dari semua ini.

 

 

“Aku bisa pulang sendiri”

 

 

“Bukankah kau ingin aku menghapus foto itu?”

 

 

Aishh…

 

 

Aku merapikan mejaku dan mengikuti langkahnya, masih dengan semua orang yang terus memperhatikanku. Aku rasa aku harus terbiasa dengan semua perhatian itu.

 

 

“Kenapa kita ke rumahmu?”

 

 

Aku baru menyadari saat kami memasuki gerbang rumahnya dan ahjuma membantu menutup pagar. Aku menyempatkan diri menyapa wanita itu sebelum mengikuti Jungkook ke dalam.

 

 

“Apa eommamu di rumah?”

 

 

“Dia tidak akan ke sini jika tidak untuk meminta uang atau memarahiku”

 

 

Hoh.. aku lega dan terus berjalan mengikuti Jungkook menuju kamarnya? Wait…. Kamarnya?

 

 

“Jungkook… cepat hapus foto itu”

 

 

“Kau tidak suka?”

 

 

“Itu kekanak-kanakkan…”

 

 

Ia tidak mendengarkanku memilih sibuk melepaskan pakaian kantornya dan benar-benar telanjang! Aku hanya bisa memalingkan wajahku dengan pipi yang sangat memanas.

 

 

“Kau sudah lihat semua, kenapa masih malu?”

 

 

Aku tidak menjawab memilih menagih lagi ia untuk menghapus foto itu. Jungkook tidak telanjang lagi, ia sudah mengenakan kelvin klein dan jeansnya, namun tidak mengancingkan celana itu sehingga dalammnya masih terlihat menutupi miliknya yang berukuran super itu dan tentunya topless. Aku berusaha keras untuk tetap bernafas dalam keadaan ini.

 

“Kau mau kemana?”

 

“Bukankah kau ingin pulang? Aku mengantarmu pulang”

 

“Lalu kenapa kau membawaku ke sini?”

 

“hmmm…. Benar juga”

 

 

Dasar Jungkook, random dan tidak jelas. Kemudian ia membatalkan niatnya mengenakan kaos putih polos itu dan memilih menghempaskan tubuhnya di ranjang. Aku benar-benar tidak mengerti jalan fikirannya. Tuhan, bagaimana bisa kau menciptakan manusia seperti dia?

 

 

“Jungkook…”

 

 

Aku rasa berbicara keras tidak akan menolong, jadi aku berbicara sepelan yang aku bisa padanya.

 

 

“Kau tidak akan menghapus foto itu?”

 

 

Aku bertanya dengan nada memelas dan berhasil membuat ia luluh. Ia menatapku kemudian meraih ponselnya dan membuka akun instagram miliknya, aku memperhatikan dengan sabar sampai ia akan menekan tombol hapus. Tapi kemudian tangannya terhenti dan ia kembali menatapku serius.

 

 

“Apa yang salah dengan foto ini? kau terlihat cantik”

 

 

Aku menghembuskan nafasku berat, sudahlah… tidak ada gunanya, semua orang pasti sudah melihat foto itu. Aku meraih tasku bersiap untuk pulang saat menyadari satu hal,

Sepasang kaus kaki selulut, muncul dari bawah bantalnya. Aku meraih benda itu dan menyadari ini adalah kaus kaki yang sama, melihat dari bordiran dengan inisal JK yang aku buat sendiri.

 

“Kenapa kau masih menyimpan benda ini?”

 

“Itu hadiah darimu”

 

 

**

 

(Yuk… kita flash back lagi)

 

 

Aku menyerahkan sebuah kotak kado kepada Jungkook yang tengah duduk di tepi ranjangku. Hidungnya sedikit merah karena di luar cuaca cukup dingin, ia bahkan masih mengenakan jaket merahnya yang terlihat senada dengan warna hidungnya membuatku benar-benar gemas dengan anak ini.

 

“Apa ini?”

 

“Kau tidak tahu?”

 

“Kaus kaki?”

 

Aku mengangguk,

 

 

“Ini terlalu panjang untuk di pakai ke sekolah, akan sedikit panas. Tapi aku bisa mengenakannya saat musim dingin. Terima kasih noona…”

 

Ia tersenyum dengan dua gigi kelinci dan pipi chubbynya. Hah… dia benar-benar polos. Bukankah dia sering menonton video yadong? Harusnya ia tahu kenapa aku memberikannya kaus kaki itu. Atau dia memang tidak seperti aku yang bisa menghubungkan segala hal dengan kenistaan.

 

 

“Cobalah…”

 

 

Dengan cepat ia melepaskan kaus kaki tipisnya, melempar asal dan mencobakan pemberianku. Ia mengenakan celana jeans yang sangat ketat sehingga tak bisa mendorong kaki celananya ke atas agar kaus kaki itu terpasang sempurna.

 

 

“Kau harus melepaskan skinny jeansmu dulu”

 

 

“Ne?”

 

 

Matanya sedikit membesar, terlihat sedikit berfikir namun akhirnya mengikuti saranku. Ia melepaskan lagi dua kaus itu dan menurunkan celana jeansnya, meninggalkan boxer pendek miliknya. Kemudian memasang kembali kaus itu, menarik hingga hampir mencapai lututnya.

 

“Huaa… ada inisial namaku”

 

Aku mengangguk.

 

“Ini sangat nyaman… terima kasih noona

 

 

Ia tersenyum sumngringah sementara aku membiarkannya menikmati kado pemberianku itu. Sejujurnya aku tidak tahu apa yang aku fikirkan saat membeli benda itu siang ini. Kemaren malam, seperti biasa aku menghabiskan waktuku melihat beberapa video yadong dan di salah satu video itu pemain laki-lakinya mengenakan kaus kaki yang sangat panjang. Dia mirip sekali dengan Jungkook dan aku teringat pada hal itu pagi ini dan tiba-tiba membelinya. Hayalan jorokku membuatku berfikir bahwa orang di dalam video itu adalah Jungkook di tambah ia mengenakan kaus kaki itu. hah… dasar Haerim… tidak bisakah sebentar saja otakmu bekerja normal?

 

 

Ia terlihat begitu menyukai pemberianku dan tidak berniat mengenakan lagi celana jeansnya.Jungkook Duduk di atas ranjangku hanya mengenakan benda itu, celana pendeknya beserta kaos putih polos yang sangat tipis. Tangannya sibuk mengemut lollipop yang ia ambil dari salah satu kabinetku. Ia tahu semua stok makanan dan permenku.

 

 

Aku mengacak ponselku mencari lagi video yang semalam aku tonton kemudian menyerahkannya kepada Jungkook.

 

 

Ia meraih ponselku tanpa curiga sedikit pun sementara aku meninggalkannya sejenak untuk mencuci wajah dan mengggosok gigiku.

 

 

**

Wajahnya merah padam dan kakinya menggosok satu dengan yang lainnya. Aku meletakkan handukku setelah selesai mengeringkan wajahku dan duduk di sebelahnya.

 

 

“Mirip dengan kaus kaki yang kau berikan”

 

 

“Yah…. Sedikit, tapi kau lebih baik darinya”

 

 

Pipinya semakin memerah dan ia menggigit bibirnya sementara aku meraih kembali ponselku dan meletakkannya di sisi ranjang.

 

Tangannya meremas satu dengan lainnya dan ia tak berani menatapku.

 

 

“Kau bisa melepaskannya jika kau tidak suka, aku hanya iseng membeli benda itu”

 

 

Ya… aku bisa mengerti jika ia merasa aku permainkan atau aku samakan dengan artis-arti yadong karena kaus kaki itu. Jujur saja aku tidak ada niat sedikitpun, tapi aku bersumpah ia terlihat menggemaskan dengan kaus kakinya itu.

 

 

“Anyi… ini sangat imut. Aku menyukainya…”

 

 

Ia tersenyum manis sembari menatapku dan aku tak bisa menahan diriku untuk tidak mengacak rambutnya ikut tertawa kecil.

 

 

Aku menggeser posisiku menjadi sangat dekat dengan Jungkook, merebahkan tubuhku padanya dan menyenderkan kepalaku di bahunya yang tidak terlalu tinggi. Ia tidak mengatakan apapun, tapi aku bisa merasakan ia sedikit gelisah dengan tangannya yang terus mengepal.

 

 

“Kau baik-baik saja?”

 

 

Aku masih dalam posisiku saat menanyakan hal itu padanya, mengangkat wajahku sedikit untuk bisa menatapnya.

 

 

“Aku…”

 

 

Ia tidak melanjutkan kalimatnya dan mengalihkan pandangannya dariku, tak berani menatapku.

 

 

“Kenapa?”

 

 

“Aku memikirkan video itu”

 

 

Suaranya sangat pelan dan ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Aku bisa melihat telinganya memerah.

 

Shit! Kenapa ia harus memancingku? Padahal aku tidak ada sedikitpun niat ke sana, ini semua murni hanya karena aku fikir ia manis dengan kaus kaki itu.

 

 

“Hei…”

 

 

Aku menarik wajahnya untuk kembali menatapku, ingin sekali aku mencubit pipi itu merasa gemas karena kepolosan serta otaknya yang sudah aku racuni.

 

 

Aku mengecup bagian antara rahang dan lehernya, kemudian mengecup pipinya sebelum berpindah pada bibir manisnya. Ia merespon dengan baik pada setiap pergerakan bibirku, mulai merasa tenang dan tidak gugup seperti tadi lagi.

 

 

“Hmmm…”

 

 

Ia mengerang lembut saat tanganku menyentuh perutnya, memijat lembut pada pinggangnya dan ia terus mengerang menikmati sentuhanku.

 

 

Aku meremas paha bagian dalamnya, memastikan menyentuh semuanya namun tidak benar-benar mengenai bagian yang di sana. Begini saja ia sudah tidak bisa mengontrol dirinya, padahal ini bukan yang pertama atau kedua kalinya aku menyentuhnya.

 

 

“Noonahhh…”

 

 

Aku menyentuh miliknya yang masih terbalut boxer hitam itu, menatap lekat matanya yang kini memandangku sayu.

 

 

“ssshhhh…”

 

 

Aku menggesekkan tanganku pada miliknya yang hanya tertutup kain tipis boxernya membuat tubuhnya sedikit bergetar setiap jemariku menyentuh kepala penisnya yang mulai terasa jelas di balik celana ini.

 

 

Aku merapikan tumpukkan bantal di belakang tubuhnya agar ia bisa bersandar lebih nyaman kemudian duduk di antara kedua kakinya.

 

Aku sama sekali tidak berniat melepaskan celananya, terus memberikan stimulasi dengan memjiat dan meremas dari balik kain itu. Matanya fokus pada pergerakan tanganku, terlihat sangat antusias.

 

Aku mendorong kaosnya sedikit terbuka, memperlihatkan bagian perutnya sementara kakinya membuka dengan lebar.

 

Aku memasukkan salah satu tanganku pada celana kaki kirinya, menemukan miliknya dengan jemariku.

 

“hahh… noona…”

 

Satu Tanganku bergerak pelan di dalam celananya, sementara tangan lainnya masih memijat dari balik celana. Ia terus menjilat bibirnya merasakan hal luar biasa dari sentuhanku.

 

Aku sungguh menyukai ekspresi itu.

 

Jika kalian masih bingung video apa yang berhasil membuat aku dan Jungkook berada di posisi ini, biar aku beritahu sedikit sebab aku tak bisa memberikan link atau cuplikannya di sini sebab aku bisa di bunuh oleh wattpad. Meskipun tak begitu menyuaki video berbau yaoi, aku masih memfollow beberapa akun NSFW di twitterku, jadi terkadang beberapa video seperti itu muncu di recent updateku. Semalam, sebuah video benar-benar membuatku tertarik untuk melihatnya. Hmm… sebenarnya tidak jauh berbeda dengan adegan di atas, intinya seorang anak laki-laki yang di bantu oleh teman kakak perempuannya. Aku tidak tahu bagaimana hal seperti itu justru membuatku sangat excited dan aku punya Jungkook sebagain teman eksperimenku yang justru sangat menyukai hal itu.

 

-TBC-

 

 

Setelah ini kita tidak akan flash back adegan yadong noona dan bocah lagi, author rasa dari semua part sudah cukup jelas bagaimana hubungan Jungkook dan Haerim dan apa saja yang mereka lakukan di masa lalu  . Next… author mau fokus sama Jungkook dan Haerim di masa sekarang dan  jikapun ada flashback, akan lebih fokus dengan cerita. Soalnya ntar kalau g gitu, FFnya jadi kepanjangan… mau berapa chapter sis? Ini aja udah 7 part wkwkwkwk

 

 

 

14 thoughts on “Noona’s Boy // 7

  1. Hmmm u know kak, bedanya komen di wordpress sama di wattpad
    Kalo di wattpad kan bisa tiap kalimat gitu(?) Kalo di wordpress cuma sekali di kolom komentar aja, jadinya gabisa nge spam komen tiap adegan yg bikin heboh 😦

    1. di repost lebih tepatnya. lanjutannya masih di wattpad ya. udah sampe chapter 10 hehehehehe. silahkan cek wattpad. ntar kalau udah compelete baru aku lanjutin postingannya di sini

    1. sebenernya ini bagian awal sampai 7 doang, lanjutannya di wattpad lagi hahahaha. maaf ya ribet, soalnya di hapus sama wattpad mulu,makanya di bikin di sini wkwkwkwkwkwk

Leave a comment